Secara geografis, Indonesia diapit dua samudra dan juga dua benua. Letak yang sangat strategis ini memperlihatkan dampak sosial budaya yang besar terhadap kehidupan masyarakat Indonesia. Bangsa Indonesia menjadi bangsa yang terbuka untuk berinteraksi dan bekerja sama dengan bangsa lain yang ada di sekitarnya. Wilayah Indonesia terdiri atas ribuan pulau yang dipisahkan oleh selat dan maritim merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Kondisi tersebut melahirkan keanekaragaman bahasa, suku, agama, dan kebudayaan daerah
Kegiatan gotong royong dan bentuk kebudayaan kawasan merupakan salah satu bentuk efek letak geografis Indonesia terhadap kehidupan sosial dan budaya masyarakat. Lakukan kegiatan berikut ini bersama dengan sobat sekelompokmu.
Membuat Kliping
1. Bahan dan alat:
Bahan dan alat yang diperlukan diantaranya yakni guntingan kertas koran atau majalah, foto-foto, gambar dari internet, kertas ukuran folio warna-warni, spidol warna-warni, dan alat tulis lain.
2. Langkah-langkah:
Untuk membuat kliping tersebut dapat memakai langkah-langkah seperti di bawah ini.
- Carilah masing-masing tiga gambar yang memberikan kegiatan sosial masyarakat dan budaya kawasan di sekitarmu. Gambar mampu berasal dari koran, majalah, foto hasil karyamu, atau gambar dari internet.
- Carilah keterangan sebanyak-banyaknya wacana gambar yang kau pilih dan hubungannya dengan kehidupan sosial budaya masyarakat.
- Apabila insiden tersebut terjadi di sekitarmu, lakukan wawancara atau bertanyalah sebanyak-banyaknya untuk menerima keterangan perihal peristiwa tersebut.
- Tempelkan satu gambar pada satu kertas. Lalu, tuliskan keterangan di bawahnya dengan menggunakan kata tanya: siapa, mengapa, kapan, di mana, bagaimana, dan apa.
- Tuliskanlah kesimpulanmu.
- Susunlah dengan rapi dan menarik tugas kelompokmu. Kumpulkan semua kertas yang berisi gambar dan keterangan gambar untuk dijilid.
- Presentasikan hasil kerja kelompokmu di depan kelas.
1. Gotong Royong Memenaen Padi
No. | Pertanyaan | Keterangan |
---|---|---|
1 | Siapa | Masyarakat di tempat pedesaan masih memiliki sikap kegotong royongan yang kuat. |
2 | Mengapa | Kegiatan memanen padi dilakukan secara tolong-menolong selain menghemat biaya juga menjaga kerukunan warga |
3 | Kapan | Kegiatan gotong-royong memanen padi dilakukan pada ketika panen padi. Selain memanen padi aktivitas menanam dan mengolah lahan juga dilakukan dengan bahu-membahu. |
4 | Di Mana | Kegiatan gotong-royong memanen padi biasanya dilakukan oleh masyarakat yang berada di daerah pedesaan. |
5 | Bagaimana | Kegiatan gotong-royong memanen padi dilakukan dengan cara memanen padi secara bantu-membantu dan bergantian. Kegiatan ini dilakukan bergantian sampai semua tumbuhan padi mereka selesai dipanen. |
6 | Apa | Kegiatan gotong-royong memanen padi merupakan salah satu budaya bangsa Indonesia yang sudah jarang ditemukan. |
2. Kesenian Kuda Lumping/Ebeg Banyumas
No. | Pertanyaan | Keterangan |
---|---|---|
1 | Siapa | Kesenian Kuda Lumping atau Ebeg Desa Randegan Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah |
2 | Mengapa | Kesenian kuda lumping merefleksikan semangat heroisme. Hal ini terlihat dari gerakan-gerakan ritmis, dinamis, dan garang, melalui kibasan anyaman bambu, menirukan gerakan layaknya seekor kuda di tengah peperangan. |
3 | Kapan | Kesenian Kuda Lumping biasanya dimainkan ketika ada hajatan seperti ijab kabul, sunatan dan hajatan lainnya. |
4 | Di Mana | Kesenian ini sangat terkenal di masyarakat Jawa, khususnya Jawa tengah dan sekitarnya |
5 | Bagaimana | Selain menyuguhkan gerak tari, tarian ini juga terdapat unsur magis sebab setiap pertunjukannya ada beberapa penari yang kesurupan dan beberapa ritual yang di lakukan dalam tarian ini. |
6 | Apa | Kuda Lumping yakni salah satu kesenian tradisional Jawa yang menggambarkan sekelompok prajurit penunggang kuda. Kuda yang di gunakan dalam tarian ini bukanlah kuda sungguhan, namun kuda yang terbuat dari bambu yang di anyam dan dibuat dan dihias ibarat kuda. |
3. Upacara Tedak Siten
No. | Pertanyaan | Keterangan |
---|---|---|
1 | Siapa | Masyarakat Jawa melaksnakan tradisi Tedak Siten secara turun temurun. |
2 | Mengapa | Bagi para leluhur, budpekerti budaya ini dilaksanakan sebagai penghormatan kepada bumi daerah anak mulai belajar menginjakkan kakinya ke tanah. Dalam istilah jawa disebut tedak siten. |
3 | Kapan | Upacara Tedak Siten dilaksanakan dikala bayi mulai mampu berjalan sekitan usia 8 bulan. |
4 | Di Mana | Upacara Tedak Siten biasanya dilakukan di dalam rumah. Seorang anak yang berusia tujuh lapan (7 x 35 hari) dimandikan dengan air kembang setaman, menginjak jadah (nasi ketan tumbuk), dibimbing menaiki tangga yang dibentuk dari tebu wulung, dan kemudian dimasukkan ke dalam kurungan ayam berhias janur kuning. |
5 | Bagaimana | Tradisi ini dijalankan ketika anak berusia hitungan ke-tujuh bulan dari hari kelahirannya dalam hitungan pasaran jawa. Perlu diketahui juga bahwa hitungan satu bulan dalam pasaran jawa berjumlah 36 hari. |
6 | Apa | Tedak siten merupakan budaya warisan leluhur masyarakat Jawa untuk bayi yang berusia sekitar tujuh atau delapan bulan. Tedak siten dikenal juga sebagai upacara turun tanah. |