Membaca Cerpen Tanggung Jawab Ade

Cerita pendek yang biasa disingkat cerpen yakni karya sastra berbentuk prosa yang mengisahkan sepenggal hidup tokoh yang mengalami peristiwa kehidupan. Pengarang menyajikan ide cerpen dengan menjalin insiden-peristiwa menjadi satu dalam sebuah alur.

Alur merupakan perpaduan antara unsur-unsur yang membangun kisah sehingga merupakan kerangka utama cerita. Contoh cerpen yang berkaitan dengan insan dan tanggung jawab salahsatunya ialah cerpen berjudul Tanggung Jawab Ade oleh Gusti Noor.

Apakah kau suka membaca dongeng pendek (cerpen)? Nah, coba kini bacalah cerpen berikut. Cerpen ini bercerita ihwal tanggung jawab dalam keluarga

Tanggung Jawab Ade
Oleh Gusti Noor
Sebenarnya Ade tahu dan mengerti, setiap hari Kak Nina selalu membantu Ibu menyiapkan makanan untuk dijual. Mengantarkan ke warung-warung dengan mengendarai sepeda sebelum pergi ke sekolah. Ade juga tahu, Kak Nina sering terlambat datang di sekolah karenanya. Tetapi anehnya Kak Nina tidak pernah tertinggal pelajarannya. Kak Nina di rumah selalu mengulang pelajaran yang diberikan di sekolah. Dan rasa-rasanya, Kak Nina yaitu orang yang paling baik di rumah ini. Dan Ade tidak pernah merasa iri jika Kak Nina dibelikan sesuatu sedang beliau sendiri tidak.

Tetapi kini ini, pagi hari ini, Ade bersungut-sungut. Kak Nina sakit, berarti tidak berangkat ke sekolah dan tidak ada yang mengantar dagangan ke warung-warung. Ibu sudah usang tidak bisa pergi ke mana-mana alasannya adalah mudah sakit kepala. Satu-satunya yang mampu dibutuhkan ialah Ade.

“Apa Ade tidak ingin membantu ibu? Sekali ini saja, selagi Kakakmu sakit, De…,” Ibu berkata dengan penuh harap.

“Ade hari ini ada ulangan, Bu. Harus berangkat lebih awal… Semalam tidak sempat banyak mencar ilmu…,” jawab Ade sambil menyiapkan buku-bukunya.

Wajahnya tampak cemberut. Ibu menarik napas panjang mendengar alasan yang diberikan Ade. Kalau sudah demikian, mau apa lagi?

Cerita pendek yang biasa disingkat cerpen adalah karya sastra berbentuk prosa yang mengisa Membaca Cerpen Tanggung Jawab Ade

“Biarlah aku sendiri saja, Bu. Rasanya kepala saya sudah tidak pening lagi,” seru Kak Nina dari dalam kamar. Mendengar bunyi Kak Nina, Ibu lalu meninggalkan Ade yang masih berwajah cemberut.

“Betul kau sudah sehat, Nina? Ibu khawatir nanti malah tambah sakitmu,” kata Ibu. Kak Nina berdiri perlahan dari tempat tidurnya lalu pergi ke kamar mandi. Ibu hanya mengawasi dari belakang sambil menggendong adiknya yang masih bayi.

“Kenapa tidak kau bilang dari tadi jika badanmu tidak sehat, Nin? Kalau saja kamu bilang selagi Bapak belum berangkat, niscaya Bapakmu yang mengantarkan kue-kue dagangan kita ini…,” bisik Ibu.

“Baru terasa setelah aku mandi tadi Bu… Mulanya tak terasa apa-apa. Mungkin sebentar juga sembuh, Bu,” jawab Nina sambil terus berpakaian.

Ade berangkat tergesa-gesa. Ada ulangan, begitu alasan yang disampaikannya untuk menolak tugas yang biasa dilakukan Kak Nina. Padahal dia tidak langsung menuju ke sekolah, alasannya adalah di sekolah pada waktu sepagi itu masih sepi. Bahkan mungkin gerbangnya belum dibuka. Dan sebetulnya pula tidak ada ulangan. Ade sengaja menolak peran itu alasannya adalah malu. Ia tidak mau teman-temannya melihatnya naik sepeda sambil membawa keranjang kue-kue. Ia tidak mau dikata-katai teman-sobat mirip yang dialami Alip yang mengantarkan koran tiap pagi itu.

Hari masih pagi benar. Ade tidak tahu akan ke mana tujuannya pada pagi itu. Apakah akan mampir ke rumah Tina? Atau Ninuk? Ah lebih baik ke rumah Yova saja. Biasanya anak itu sudah siap pagi-pagi sekali. Aku bisa meluangkan waktu menunggu siang di rumahnya, pikir Ade.

Tiba di rumah Yova, Ade ternyata harus menunggu lama sekali. Yova masih berjalan-jalan bersama adiknya yang masih kecil. Mama Yova sedang menata meja makan untuk sarapan Papanya. Kakak Yova sedang mengepel lantai. Papa Yova sedang mencuci mobil. Bik Icih sedang membantu mempersiapkan makanan di dapur. Dan Ade merasa jengah menunggu di teras.

“Tunggu sebentar, De. Yova cuma mengajak jalan-jalan Vina menghirup embun pagi. Tak lama lagi dia pasti kembali. Dia juga sudah siap akan berangkat…,” kata Papa Yova mencoba menentramkan kegundahan Ade yang sedang menunggu itu.

Tetapi yang dikatakan oleh Papa Yova itu ternyata lama sekali bagi Ade. Jam dinding di rumah Yova menawarkan pukul enam lebih sepuluh menit. Jarumnya bergerak perlahan. Ade semakin merasa tidak yummy duduk di dingklik teras. Tak lama kemudian Bik Icih mengantar secangkir teh anggun dengan ubi goreng.

“Silakan diminum, Neng Ade,” Bik Icih menawarkan.

“Saya mau berangkat dulu, Bik,” jawabnya kepada Bik Icih. Lalu kepada Papa Yova ia pamitan sambil bergegas pergi, “Terima kasih… Om, aku mau berangkat saja dulu. Mau mampir ke rumah Ninuk, Om…” la tiba-datang gugup.

Papa Yova keheranan, demikian pula Bik Icih. Mereka heran melihat Ade datang-datang pergi dan melangkah lebar-lebar meninggalkan rumah itu.

Semua orang sibuk, semuanya bekerja. Semuanya, tanpa kecuali. Kak Nina juga. Padahal Kak Nina sedang sakit. Karena tanggung jawabnya sebagai anak tertua dan juga alasannya adalah rasa sayangnya kepada keluarga, Kak Nina berpayah-payah pergi mengantar kue. Padahal Kak Nina sakit.

Bagaimana bila sakitnya bertambah parah? Bagaimana bila Kak Nina jatuh dari sepeda sebab kepalanya pening? Bagaimana kalau hingga… ah. Ade seperti ingin menangis selama perjalanan menuju ke sekolah. Hatinya begitu galau. Ia tak jadi ke rumah Ninuk. Sekolah masih sepi, baru beberapa anak saja yang tiba.

Selama pelajaran berlangsung Ade tidak bisa memusatkan perhatiannya pada pelajaran. Beberapa kali ditegur Pak Adi sebab melamun. Ia ingin segera pulang. Ingin segera menjenguk Kak Nina. Mungkin Kak Nina tambah parah sakitnya, mungkin Kak Nina jatuh dari sepeda sebab kepalanya pening kemudian ada kendaraan yang menabraknya Hap.. .

“Kau sakit, Ade?” tiba-datang terdengar teguran Pak Adi. Ade gelagapan. Rupanya tadi la melamun selama Pak Adi menunjukan. Pak Adi lalu menghampirinya. Meraba keningnya. Ade jadi terharu.

“Kepalamu hangat. Pulang saja, ya. Nanti bertambah parah…” kata Pak Adi. Ade menurut. Ia bergegas meninggalkan sekolah. Ade berjalan dengan setengah berlari. Agar secepat mungkin mampu tiba di rumah melihat Kak Nina. Dengan tergopoh-gopoh beliau memasuki rumah. Ibu sampai keheranan melihat sikapnya. Langsung menuju ke kamar Kak Nina. Dan Kak Nina terbaring di pembaringannya.

Ade seperti ingin menubruk kakaknya yang sedang terbaring itu. Kak Nina jadi terheran-heran dibuatnya.

“Ada apa, De? Kenapa kau datang-datang begini?” tanya Kak Nina.

“Maafkan aku, kak. Sebenarnya saya tidak ada ulangan… Aku cuma malu mengantarkan kue-kue itu “ Ade langsung saja menangis. Suaranya jadi tidak terperinci terdengar.

“Sudahlah, jangan menangis. Yang penting kau sudah menyadari kesalahanmu dan tak akan mengulanginya lagi. Untuk kali ini tak apa-apa. Kakak memaafkanmu, De,” Lembut bunyi Kak Nina menyejukkan hati Ade. Mengobati rasa sesalnya agar tidak berkepanjangan.

Dan keesokan harinya, Kak Nina masih sakit. Ade benar-benar melaksanakan apa yang dijanjikannya kepada kakaknya. Tanpa ragu lagi Ade menjinjing keranjang kudapan manis-kudapan manis. Dengan sepeda dia berkeliling mengantar kudapan manis-kudapan manis itu ke warung-warung. Tak ada yang mengejek, tak ada yang menarik hati, tak ada rasa aib. Yang ada yakni rasa tanggung jawab yang besar.

Ayo Menulis!
Berdasarkan cerpen “Tanggung Jawab Ade”, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut.

  1. Siapa tokoh dalam cerpen “Tanggung jawab Ade”? Ade, Kak Nina, Ibu, Yova, Vina, Papa Yova, Bik Icih, dan Pak Adi
  2. Berapa anggota keluarga Ade? 4 orang, Ayah Ade, Ibu Ade, Kak Nina, Ade
  3. Siapa yang biasa mengantar kue setiap pagi ke warung-warung? Kak Nina biasa mengantar kudapan manis setiap pagi ke warung-warung .
  4. Apa yang terjadi pada Kak Nina? Kak nina sedang sakit sehingga tidak bisa mengantarkan kue ke warung-warung.
  5. Bagaimana Ade menolak undangan itu untuk menggantikan tugas Kak Nina? Ade berangkat tergesa-gesa. Ada ulangan, begitu alasan yang disampaikannya untuk menolak tugas yang biasa dilakukan Kak Nina.
  6. Mengapa Ade tidak mau menggantikan peran Kak Nina? Ade sengaja menolak peran itu alasannya adalah aib. Ia tidak mau teman-temannya melihatnya naik sepeda sambil membawa keranjang kue-kudapan manis.
  7. Di mana Ade menunggu sebelum berangkat ke sekolah? Sebelum berangkat Ade menunggu di rumah Yova.
  8. Mengapa Ade merasa galau dikala berlangsung pelajaran di sekolah? Ade merasa gundah saat berlangsung pelajaran di sekolah alasannya merasa bersalah dan khawatir Kak Nina tambah parah sakitnya.
  9. Apa yang dilakukan Ade setiba di rumah kembali? Ade meminta maaf kepada Kak Nina dan menyampaikan bahwa tidak ada ulangan. Dia merasa malu untuk menggantikan tugas Kak Nina mengantarkan kue-kue.
  10. Apa yang dikatakan Kak Nina kepada Ade? Kak Nina mengatakan semoga Ade jangan menangis dan yang penting Ade sudah menyadari kesalahannya dan tak akan mengulanginya lagi. 

Pada cerpen “Tanggung Jawab Ade” ibu Ade mempunyai usaha masakan untuk dijual ke warung-warung. Dari usaha makanan itu tentunya ibu Ade akan memperoleh keuntungan. Keuntungan inilah yang akan menjadi suplemen penghasilan bagi keluarga Ade. Usaha yang dilakukan ibu Ade tersebut merupakan acuan aktivitas ekonomi yang diperlukan mampu meningkatkan kesejahteraan keluarga Ade.

You May Also Like

About the Author: admin